Manungsa Jaman Saiki


Saat ini aku masih kelas XI. Pada akhir semester 1 yang lalu, guru bahasa Jawa ku memberi tugas untuk membuat sebuah puisi berbahasa Jawa, namun huruf depan dari masing-masing rima jika dibaca secara vertikal harus membentuk nama si pembuatnya. Kata pak guru, nanti puisi yang terbaik akan di muat dalam soal UAS. Aku pun mencoba membuat puisi itu karena sejak kecil aku memang senang membuat puisi.
Puisi yang aku buat berjudul "Manungsa Jaman Saiki".

Manungsa Jaman Saiki
Lumprahing susila ing tatane
Ilang kairing mutering bumi
Nalika manungsa jero ing pikirane
Tindak tanduk dilalikake
Angkara murka diendahake
Nglakukna becik disalahake
Gumantung bendha, kuasa ing tangane

Apa ana manungsa Jaman Saiki
Yen nulungi ora ngetung Bathi
Umpama nggolet emas ing gunung wedhi

Sugih elmu ora bagi-bagi
Ana susah tembe nggoleti
Pungkasane urip ing mburi wesi
Umur tua tembe nyadari
Tansah nyuwun ridhone Gusti
Rumangsa ganu sering lali
Ibarat sentir kelangan geni

Puisi ini menggambarkan kehidupan manusia pada zaman sekarang.
Pada bait pertama, aku menceritakan mengenai manusia yang sudah kehilangan tata susila, saat manusia-manusia ini bertambah pintar, namun ia tidak memperdulikan sopan-santun dan mem"baik"kan sesuatu yang sebenarnya buruk. Mereka pikir jika mereka mempunyai harta, kekuasaan ada di tangan mereka.

Pada bait kedua aku menceritakan sifat manusia sekarang yang jika membantu kebanyakan menghitung untungrugi. Tidak ada lagi keikhlasan dalam diri mereka. Jika pun ada manusia yang tidak menghitung untung rugi dalam membantu, hal itu seperti mencari sebuah emas di gunungan pasir.

Pada bait terakhir aku juga mengkisahka, betapa banyaknya manusia yang baru bertobat pada saat ia tua renta. Lalu kemana saja mereka saat masih muda ???
Hanya mereka yang bisa menjawab. Setidaknya mereka beruntung telah menyadari kesalahan mereka sebelum mereka meninggal dunia.

Comments